Friday, July 07, 2017

Merespon segelintir opini


Gue lulus SMA di bulan Juni 2017. Gue SMA di salah satu SMA di Jakarta, yaitu SMAN 28 Jakarta. Sejauh yang gue tau, sekolah gue adalah sekolah yang sangat nyaman untuk disekolahi (apakah itu sebuah kata, gatau deh) dan kalau dikasih rating 1,0 - 5,0 sekolah gue berhak untuk mendapatkan rating 4,9-5,0 ..... mungkin. Meski ada beberapa hal yang gue kurang sreg, tapi gue tetap bangga dengan almamater gue.


Lihat muka gue waktu masuk :

Kedua dari kanan.
Muka gue waktu mau lulus :

tiga tahun kemudian

Tentunya, buat kalian yang belom tau SMA gue mungkin akan googling dengan keyword  "SMAN 28 Jakarta" dan tentunya hal yang akan muncul adalah laman seperti ini :


Kalian geser kebawah sedikit dan kalian bisa liat hal ini :


Dibagian kanan bawah kalian bisa ulasan orang-orang tentang sekolah gue. Tapi skor yang ,didapatkan oleh sekolah gue adalah 4,7/5,0. Apa yang terjadi?

Gue gali lebih dalam dan ternyata ada sebagian yang berkomentar yang condong membuat rating sekolah gue tidak diatas 4,7. Oke, di post kali ini gue akan menjawab opini-opini mereka semua sebagai mantan siswa sekolah tersebut. :)

Gue agak bingung kenapa setelah meng-click ulasan melalui Google, rating-nya menjadi 4,6. Lho...

Opini ke-1 : "Gak sengaja lewat pas mau ke Pasar Minggu, kecilll banget sekolahnya. Cuma sebaris aja bangunannya 3 lantai. Gabisa ngebayangin gmn bosennya sekolah disitu. Walau favorit sekalipun, luas bangunan sekolah juga memberikan efek kepada ruang gerak murid2nya loh... (smiley face)" - F Indra

Oke, Pak F. Indra. Pertama-tama penulis pengen jelasin suatu hal. Sekolah kita emang cuma sebaris, tapi total yang siswa yang bisa ditampung perangkatan ada 7 kelas, total siswa menjadi kira-kira (dengan asumsi 36 orang perkelas) 756 orang. Dengan murid sebanyak itu pun kita yang punya dua lapangan masih cukup untuk menampung semua murid, beberapa kendaraan, ruang gerak untuk pasukan pengibar bendera, jarak antar murid dan barisan guru pun masih tersedia cukup lebar. Memang cuma sebaris, tapi jujur penulis nggak pernah merasa suntuk karena sekolah disitu karena lingkungannya mendukung kegiatan yang dilaksanakan siswa dan sekolah juga sangat kooperatif. Fasilitas sekolah sangat memadai, kantin yang ada sangat memenuhi (makanannya oke pula), dan masjid yang bisa menampung 1000 jamaah dan masih ada yang lainnya, murid-murid yang kreatif memanfaatkan lahan 'sebaris' tersebut dan sekolah yang mendukung menurut penulis statement saudara seperti pepatah 'don't judge a book by its cover' ya. Bisa kali, Pak, berkunjung kedalam baru bisa berkomentar.

Ngomong-ngomong, acara tahunan Thalassic SMAN 28 sejak saya masuk penutupnya aja selalu diadain disekolah lho, Pak.




Opini ke-2 : (Gue rangkum ya) "TITIK GPS PALSU"

Gue pengen banget ngomongin hal ini. Sejak aplikasi transportasi online menjadi booming, banyak siswa-siswi yang berangkat ke dan pulang dari sekolah menggunakan aplikasi tersebut. Gue kadang-kadang pakai ojek online, kadang-kadang dengan transportasi umum, dan kadang-kadang juga menggunakan bus sekolah (it's free). Gue nggak tau siapa yang memulai hal ini, tapi kalo lo gakmengangktifkan GPS di daerah sekolah dan lo memulai titik jemput mengandalkan kata-kata yang muncul setelah lo mengetikkan lokasi tanpa mengecek titiknya, hal yang terjadi adalah ini :


Ini adalah versi yang mungkin sudah lebih 'betul'. Sebelumnya, ketika gue langsung memasukkan SMAN 28 Jakarta di maps gojek, yang muncul malah Jl. Sebret I. Yang membuat gojeknya harus kesana, sedangkan Jl. Sebret ada di belakang sekolah. Orang pertama yang melakukan hal ini tentunya mindless piece of human, yang menyebabkan lokasinya tersimpan di database map gojek.

Kali ini kita ke grab. Gue akan menggunakan app grab punya orang karena grab gue diblokir tanpa alasan yang jelas, bodoh, dan gue disuruh minta maaf. 


Mungkin maps-nya sudah diperbaiki, Mas? Atau yang order salah lokasi? Jujur, peta grab sekitar setahun yang lalu merupakan yang terburuk dalam user experience gue. Karena nggak bisa geser ke lokasi yang sesuai seperti gojek. Hehe.



Opini ke-3 : "Sekolah favorit saya" -Juniardi Sitanggang (mas-mas grab yang sebelumnya bilang titik gps palsu)

Lho... mas... dalam tiga bulan berubah mas....

Opini ke-4 dan selanjutnya : (kebanyakan positif dan ada yang ngasih satu bintang tanpa ngasih alesan. Jahat.)

Yap, ini saatnya gue menulis review gue di laman tersebut!

"A place where I spent my 3 years worth of life. Kinda fun actually. Banyak banget orang yang serius belajar disini lho..."

Done. 5 bintang!

Makasih sudah membaca posting kali ini! Agak geregetan juga buat bales opini yang pertama. Tapi yasudahlah, semua orang boleh beropini dan gue boleh beropini juga.

gut bai my skul. i'll b bek


*catetan : ditunggu responnya, pak.

Sunday, July 02, 2017

hal yang bisa dilakuin ketika liburan dan gue gagal semua


Beberapa hari yang lalu gue baca post-an temen SMA gue, Ardivan, di blognya ini. Disana dia memberi banyak saran tentang apa yang harus dilakukan selama liburan. Dan berhubung dia adalah seorang calon mahasiswa baru, dia menulis tentang hal yang hal-hal yang mendingan dilakuin dirumah bagi seorang camaba ketika sekarang (lagi libur panjang banget).

Gue juga seorang camaba dan tentunya saran temen gue itu membawa sedikit motivasi untung gue untung melakukan hal bermanfaat juga.

Karena itu, gue akan memberikan sederetan hal yang bisa kalian lakukan ketika lagi liburan! (camba version)

1. Nulis

Sebenernya gue selalu menyempatkan diri untuk menulis ide-ide gue di sebuah buku. Dan pernah juga gue menuliskan di dalam aplikasi Microsoft Word.

Namun, berbagai kendala selalu gue hadapin.  Ide-ide itu pasti selalu hilang. Contohnya baru-baru ini, buku yang berisi hal yang ingin gue tulis hilang dan mood menulis gue jadi hilang. Ya, kayak udah nulis essai panjang, disimpen semalem, lalu esoknya kertasnya kena muntah gitu deh sampe gak bisa kebaca. Mana nggak inget apa-apa.

Gue udah berusaha untuk mencari ide ketika buang air besar dan mandi, namun hasilnya nihil. Emang ya, kalo nasi udah jadi bubur.

Yaudah.

2. Belajar sesuatu yang baru

Ini adalah poin yang disampaikan Ardivan di blognya. Untuk maba teknik silahkan baca ini, maba kedokteran silahkan baca itu, maba silahkan perhatikan gizi anaknya yang baru lahir, dan seterusnya.

Gue juga punya beberapa saran yang tentunya sudah gue coba dan gagal semua :

  • Belajar bahasa baru
  • Nyicil belajar untuk tahun ajaran baru
  • Dan yang paling penting dari semua hal yang dilakukan; "Produktif".

Iya. Gue gagal semua. For now.

3. Menjauhkan diri dari gadget sementara waktu

Gue udah berencana untuk melakukan hal ini ketika awal puasa. NIATNYA sih biar bisa ngelakuin hal-hal yang berguna dan produktif, tapi... ujungnya gagal juga.

Ada notif dikit, fokus ilang. Ada chat temen dari steam, fokus ilang dan pengennya main game. Ada steam summer sale, ngabisin duit beli steam wallet.

Mana dollar mahal.

Yaudahlahya.

4. Nyari duit

Ini bisa jadi alternatif bagi kalian yang gabut bukan main dan daripada waktu terbuang percuma membusuk di kasur dan disholatin, mendingan jual barang!

Ada banyak jalan menuju dompet tebal asal diiringi dengan kerja keras. Hal yang bisa kalian lakukan adalah menjadi dropshipper atau menjual barang bekas, misalnya. Atau jual jasa karena diri kalian punya nilai jual lebih? :)

Waduh, wacana gue yang ini tidak terlaksana. Gue malah sibuk menggendutkan diri.

5. Nabung

Sektor ini mungkin yang bisa gue andalkan sedikit selama bulan puasa. Uang jajan tetap jalan ketika puasa itu berkah, apalagi buat yang sabar (alias perhitungan) untung nahan untuk jajan ini itu.
Ini okelah gue. Bisa beli barang ini itu.

6. Melakukan hal yang jarang kalian lakukan, minat tapi nggak tau dah.

Ada banyak hal yang sebenarnya ingin gue lakukan, pernah dilakuin, tapi teralihkan hal lain. Contohnya motret. Atau bahasa kasarnya fotografi. Yaudahlah ya, karena iseng...







Tapi...

Ujungnya gue malah teralihkan untuk motret jari kaki gue sendiri.

They are very nice to me. Get well soon, my pinkie. Sudah sering kepentok pinggir meja dia.
Here's the pic:

I'll give you the original size of the pic. Nice thumb.

7. Di akhir kesempatan, mereview apa yang sudah kalian lakukan.

Sebagai kesimpulan, ada baiknya kalian review apa yang sudah kalian lakukan selama liburan. Tujuannya adalah supaya kalian dapat mengetahui seberapa produktif kalian selama liburan. Seperti gue, yang menyesal setengah mati karena tidak melakukan hal produktif. :(

Itulah saran gue untuk liburan. Mendingan puas-puasin ngelakuin hal yang kalian suka deh sebelum masuk sekolah lagi. Main game contohnya. Buang-buang waktu dan tenaga kalian juga kayanya buka post-an ini.

Lanjut gabut lagi, ah.


Saturday, June 17, 2017

My Anxieties


Sebagian besar orang punya kecemasan mereka masing-masing. Kecemasan berlebih akan suatu hal yang sangat mengganggu kondisi seseorang tersebut. Dan gue adalah salah satu dari sebagian besar orang itu.

Tapi sekarang, gue sudah bisa meng-overcome sebagian besar kecemasan gue meskipun belum seluruhnya. Sekarang, gue akan menulis tentang tiga kecemasan yang mulai bisa gue kendalikan:

1.  Takut bertemu orang baru

Jujur, sebenarnya bertemu orang baru di kehidupan kita adalah sesuatu yang menarik. Menurut gue, gue adalah orang yang termasuk senang dengan suatu perubahan yang cenderung positif, namun gue sangat tidak bisa untuk menyikapinya dengan perbuatan.

Ngerti gak? Kayak dalam hati mau tapi nggak bisa dilakuin. Bukan karena gamau, tapi karena belum mampu.

Contoh paling simpel adalah ketika gue baru masuk sekolah. Ambil contoh, masuk SMP. Malam sebelum masuk hari pertama gue berpikir, "Gue harus kenalan dengan banyak orang. Gue nggak mau kayak SD lagi."

Ya, di SD gue cenderung pendiam. Diam banget. Masa tiga tahun kedepan gue mau diem-dieman aja?

Tapi usaha gue nggak berlangsung mulus. Keburu minder duluan. Bahkan, ngomong sama cewek aja gue gak berani. Pernah suatu saat sedang ujian dan gua gak bawa penghapus. Gue kesekolah cuma bawa pulpen dan pensil. Posisi gue duduk di depan dekat pintu. Di belakang gue dua orang cewek yang terdengar berulang kali meniup kertasnya yang ada bekas penghapusnya setelah menghapus. Gue belum kenalan tapi udah tau namanya siapa. Suatu saat setelah itu, gue salah menjawab. Untungnya pakai pensil tapi gue nggak bawa penghapus. Lantas apa yang gue lakukan?

Gue diem beberapa menit. Sangat sulit untuk membuka percakapan dengan orang yang belum gue kenal waktu itu. Gue inget nama cewek yang duduk dibelakang gue namanya Tyas. Tapi apa daya, gue nggak bisa ngomong apa-apa dan akhirnya gue biarin jawaban gue yang salah itu tetap salah.

Huft.

Namun gue sadar. Gue selalu berpikir berlebihan akan hal ini. Gue dulu berpikir dengan gue ajak ngobrol orang baru, orang tersebut akan berpikir, "Apaan banget sih ini orang,". I used to worry about it very much. 

2. Berbicara di depan sekumpulan orang

Masalah ini merupakan masalah yang amat sangat serius buat gue. Bahkan sekarang, kadang hal itu masih terjadi.

Penyebabnya sama, gue over-thinking tentang apa yang orang lain pikir ketika gue berbicara. Padahal, kalo misalnya posisi orang yang melihat gue dan gue dituker tempatnya, gue nggak akan berpikir seperti itu. Pemikiran yang salah ini tertanam di kepala gue selama bertahun-tahun.

Contohnya, ketika gue SMP banyak banget tugas yang harus disampaikan melalui presentasi dengan proyektor LCD. Presentasi kelompok gue sudah siap, tapi gue sendiri belom siap. Karena gue nggak siap, nggak tau kenapa temen-temen gue yang solidaritasnya tinggi jadi pada nggak siap. Akhirnya hari itu, hingga pelajaran berakhir kelompok gue nggak jadi presentasi. Senangnya.

Awalnya gue nggak terlalu mempermasalahkan hal kayak ginian... sampai gue SMA. Ketika gue SMA yang notabenenya menggunakan kurikulum 2013, semua tugas yang diberikan kepada siswa banyak banget yang harus dipresentasikan melalui proyektor LCD. Sikap 'cupu' gue keluar lagi tuh. Ketika kelompok gue yang urutan kesekian dipanggil, masing-masing anggota kelompok nengok ke anggota lain. Gue pun bilang ke salah satu anggota-kelompok kelompok lain yang maju setelah gue, Astri,

"Lu aja deh yang maju duluan. Belom siap."
"Tapi presentasinya udah jadi?"
"Udah."
"Maju lah. Jangan kayak bocah SMP deh ini udah SMA. Ayo."

Dan sejak saat itulah rasa percaya diri gue bangkit dan gue nggak malu lagi untuk presentasi di depan kelas atau berdiskusi dengan teman-teman. Astri kalo lu baca ini, tengs ya.

3. Adaptasi

Adaptasi adalah hal yang paling sulit gue lakukan sampai sekarang.

Ciri makhluk hidup salah satunya adalah mampu beradaptasi. Gue mudah beradaptasi dalam sebagian hal, yaitu adaptasi diri gue terhadap diri gue sendiri di suatu tempat dan suasana yang baru. Tapi, gue sangatlah payah dalam beradaptasi terhadap orang-orang baru di sekitar gue.

Ambil contoh, kelas 12 SMA gue bimbel di salah satu bimbingan belajar di daerah Supomo. Setiap gue bimbel, sepanjang hari gue hanya berbicara dengan diri gue sendiri & asik sendiri. Gue bisa beadaptasi terhadap diri gue sendiri tapi nggak bisa bersosialisasi dengan orang-orang baru di lingkungan tersebut.

Hal ini sangat menyiksa gue. Testimoni teman-teman gue bilang kalo pertama kali mereka melihat gue, first impression mereka ke gue rata-rata adalah temperamental, senggol bacok, gabisa diajak bercanda. Padahal kalo nggak judging a book by its cover, bisa jadi gue nggak seperti itu. Gue merasa tersiksa ketika nggak bisa ngajak ngobrol siapa-siapa, mau kenalan juga takut dibilang aneh, mau ikut acara-acara mereka juga takut dibilang, "Lah elu siapa ya? kayak baru pernah liat."

Hehe. Liat sendiri kan pikiran gue udah buruk-buruk aja.

Benang merah dari post-an gue ini adalah, gue adalah orang yang takut melakukan suatu hal yang salah didepan orang, tetapi dengan gue melakukan itu gue sudah melakukan kesalahan. Tapi, kalo misalnya berusaha melakukan hal melawan ketakutan gue, bisa jadi gue bertingkah konyol. Loop yang nggak akan selesai.

Itulah kecemasan gue nomor 4.

Hm. I need help.


Wednesday, May 31, 2017

Lingkungan Memengaruhi Psikis

Beberapa minggu yang lalu gue sedang melakukan rutinitas gue hampir setiap hari. Youtube-ing. Singkat cerita, di home youtube gue muncul video dari salah satu youtuber bernama Agung Hapsah yang berbicara tentang youtuber bocah.

Here's the video:


Inti dari video tersebut adalah, komentar-komentar yang didapat oleh youtuber (pengunggah video di youtube) muda yang mungkin memiliki rentang umur sekitar 8-13 tahun merendahkan hal-hal yang mereka upload di situs tersebut.

Komentar-komentar yang mereka alami contohnya:

"Kualitasnya jelek banget. Mending nggak usah jadi youtuber deh"
"G*bl*k bocah ngapain sih"

Dan hal-hal yang setipe. Dan Agung sendiri juga merupakan youtuber yang mengawali karirnya dengan membuat video dan menunjukkannya kepada keluarganya serta lingkungannya yang sangat suportif. Karena dukungan lingkungannya dia bisa menjadi seperti sekarang. Namun, realitanya kolom komentar uploader muda terlalu banyak komentar-komentar yang menjatuhkan.

This thing rings a bell inside of my mind. Lingkungan di sekitar gue pun seperti itu. Berapa banyak orang yang mungkin nggak mencapai keinginan awalnya karena komentar negatif orang-orang dan membuat yang dikomentari merasa down? 

Berapa banyak orang yang nggak bisa mencapai cita-cita yang mereka inginkan disebabkan karena nggak ada yang mendukung mental mereka?

Berapa banyak orang berbakat yang nggak bisa menjadi seniman, dokter, insinyur, dan arsitek kalau misalnya waktu kecil mereka diberitahu, "Udah nggak usah banyak gaya. Gini aja nggak bisa" ?

Rata-rata mereka masih kecil dan mental mereka belum sekuat anak-anak yang udah akil balig. Masih cupu, kalo kalah main game juga masih bisa nangis. Mungkin ada yang masih ngompol.

Ini juga terjadi kepada diri gue dulu. Jujur dulu gue ingin menjadi dokter. Menurut gue sains adalah hal yang mendasar dan pengaplikasiannya itu cocok ke diri gue. Tapi setelah gue memegang mindset untuk menjadi dokter, komentar-komentar dari lingkungan gue sangat sedikit yang mendukung. Salah satu contohnya komentar dari temen gue yang bilang, "Apaansih dokter. Mending kerja kantoran." 

Ada juga yang bilang, "Dih, jadi dokter kan belajarnya lama. Kata mama gue dokter itu kalo nggak lama belajarnya gajinya dikit." 

Itu SD, lho. Gue masih polos dan masih gampang kepengaruh sama lingkungan. Pikiran gue mikirin gua mau makan apa kalo sedikit. Dan makin kemari pun keinginan untuk menjadi seorang dokter semakin menghilang. 

Semakin gue tua, gue sadar. Banyak kok orang yang sukses meskipun ketika kecil mereka dibilang nggak bisa sukses. Banyak juga orang-orang yang tekun dan telaten dalam menekuni bidang yang dia minati, lalu mendapatkan hasil dari kerja kerasnya. 

Sulit memang hidup di zaman sekarang. Dunia lebih kejam dari yang dibayangkan.

Namun, dibalik itu semua youtuber-youtuber muda tadi tetap mendapat pujian dan apresiasi dari penonton meskipun jumlahnya tidak sebanyak hate comments. Sekedar "Keep up the good work!" menurut gue adalah hal yang sangat encouraging bagi youtuber muda tersebut.

Gue sangat berharap komentar-komentar di internet khususnya di Indonesia makin dewasa dalam pemikiran dan pemikiran dewasa tersebut yang berperan dalam memberi komentar. Lebih baik kritik yang membangun dibandingkan judging without knowing dan hanya bisa meruntuhkan padahal... 


....yah.

Hadeuh. 

Monday, January 16, 2017

Solusi anak muda nabung di BCA : Tahapan Xpresi

Jadi, sebenernya gue udah lama ngincer rekening bank yang cocok buat gue yang masih 17 tahun ini. Gue adalah anak SMA yang nabung yang memiliki keinginan mempunyai tabungan yang mudah diakses dimana-mana, dan potongan administrasinya kecil. Ya, nggak mau rugi.

Ngeliat-liat di website beberapa bank besar di Indonesia, dan ternyata rata-rata biaya administrasinya besar. Sampai suatu saat gue nemu salah satu produk tahapan yang dikeluarin BCA, namanya Tahapan Xpresi.

Setelah gue telaah dan baca-baca dari websitenya, ternyata Tahapan Xpresi ini cukup menguntungkan. Dengan minimal setoran 50 ribu dan biaya kartu 25 ribu, lo udah bisa dapet rekening yang memiliki fasilitas sama dengan paspor BCA silver. Debit BCA, Tunai BCA, bahkan klikBCA dan BCAmobile sudah menjadi fasilitas rekening ini. Oiya, saldo yang ditahan sebesar 10 ribu.

Perbedaan yang menarik dari Tahapan Xpresi ini dengan paspor BCA biasa adalah, tidak adanya penggunaan buku tabungan. Pengecekan mutasi semua bisa di cek secara online menggunakan klikBCA ataupun BCAmobile. Menurut gue ini adalah hal yang sangat gue butuhkan, dikarenakan pada rekening sebelumnya yang gue punya, yang menggunakan buku tabungan, kadang gue suka lupa taro dimana, sedangkan setor tunai di teller harus menggunakan buku tabungan tersebut.

Syarat untuk membukanya pun cukup mudah. Sebelumnya, terdapat batas umur 25 tahun bagi yang ingin membuka rekening ini. Namun akhirnya, BCA menghapus batas umur tersebut. Bagi seseorang yang belum memiliki KTP, dapat menggunakan kartu pelajar namun syaratnya harus lebih rumit lagi, karena harus menggunakan KTP orang tua. Mungkin akan menggunakan sistem QQ. Karena gue udah punya KTP, ya langsung gas aja lah. Terlebih, karena gue belum memiliki NPWP dan diijinkan bagi yang belum mempunyai NPWP untuk membuka rekening. Ntap.

Dituliskan juga sebenarnya, ada berbagai macam desain yang bisa dipilih, daaan gue sudah menentukan desain yang gue inginkan. Dituliskan pula gue bisa memilih desain di cabang BCA atau di myBCA.

Untuk lebih lengkapnya, baca di website BCA disini.

Akhirnya gue pun membuat rekening Tahapan Xpresi pada suatu hari di bulan Desember 2016. Gue mendatangi kantor cabang BCA di dekat rumah gue di daerah Pasar Minggu. Setelah gue sampai disana, gue ditanya satpam;

"Selamat pagi, mas. Ada apa?"
"Saya mau membuka rekening." bales gue.
"Ada NPWP?"
"Saya mau membuka Xpresi mas, bukannya boleh nggak pake NPWP?"
"Maaf mas, karena yang melayani hari ini hanya satu orang, nggak bisa kalo nggak pakai NPWP,"

Gue kecewa.

"Terus? Dimana saya bisa buat kalo gitu?"
"Mas bisa coba ke daerah Pomad, Kalibata. Tepat di samping Holland Bakery."

Yak, gue dioper ke sana. But okelah.

Setelah sampai disana, gue ditanya kembali. Namun gue direspon dengan,
"Oh mau buka? Bisa saya liat ktpnya?"
"Biayanya 500ribu ya mas".

Lalu gue jawab bahwa gue ingin membuat rekening Xpresi. Wajahnya sedikit kecewa. Tapi akhirnya gue dapet nomor antrian!

Setelah nomor gue dipanggil, akhirnya gue dilayani untuk proses pembuatan kartu Xpresi. Pelayanannya ramah. Setelah tanda tangan yang banyaaak dan harus disesuaikan dengan KTP gue, akhirnya gue mendapatkan kartu gue!

Namun sayang seribu sayang, desain kartu yang gue inginkan nggak ada. Dan, cuma ada desain ini dan sisa desainnya lebih cocok untuk perempuan:

It's good tho

Dannn gue juga baru dapet akses BCAmobile, yang sebenernya udah enak banget. Cuman yaah, biar bisa menikmati akses klikBCA, gue harus mendatangi kantor cabang manapun dengan menunjukkan kartu ATM dan KTP gue aja, dan dikenakan biaya reset keyBCA sebesar 10 ribu. Selanjutnya mah, siap.



Ngomong-ngomong soal nomor rekeningnya, tenang. Tetep ada kok pasti, ditulis di belakang kartunya dan bisa dilihat di BCAmobile.

Segitu dulu guys pengalaman gue, kali aja setelah baca ini mau ikut-ikutan buka Tahapan Xpresi. Hehe.

Oiya, informasi yang gue dapet, kalo misalnya mau pake foto di kartu Xpresi lo atau mau dapet desain yang lo mau, lo bisa dateng ke myBCA guys.

Alamatnya... bisa dicari di google.

Sekian, thanks!

Cya.