Wednesday, May 31, 2017

Lingkungan Memengaruhi Psikis

Beberapa minggu yang lalu gue sedang melakukan rutinitas gue hampir setiap hari. Youtube-ing. Singkat cerita, di home youtube gue muncul video dari salah satu youtuber bernama Agung Hapsah yang berbicara tentang youtuber bocah.

Here's the video:


Inti dari video tersebut adalah, komentar-komentar yang didapat oleh youtuber (pengunggah video di youtube) muda yang mungkin memiliki rentang umur sekitar 8-13 tahun merendahkan hal-hal yang mereka upload di situs tersebut.

Komentar-komentar yang mereka alami contohnya:

"Kualitasnya jelek banget. Mending nggak usah jadi youtuber deh"
"G*bl*k bocah ngapain sih"

Dan hal-hal yang setipe. Dan Agung sendiri juga merupakan youtuber yang mengawali karirnya dengan membuat video dan menunjukkannya kepada keluarganya serta lingkungannya yang sangat suportif. Karena dukungan lingkungannya dia bisa menjadi seperti sekarang. Namun, realitanya kolom komentar uploader muda terlalu banyak komentar-komentar yang menjatuhkan.

This thing rings a bell inside of my mind. Lingkungan di sekitar gue pun seperti itu. Berapa banyak orang yang mungkin nggak mencapai keinginan awalnya karena komentar negatif orang-orang dan membuat yang dikomentari merasa down? 

Berapa banyak orang yang nggak bisa mencapai cita-cita yang mereka inginkan disebabkan karena nggak ada yang mendukung mental mereka?

Berapa banyak orang berbakat yang nggak bisa menjadi seniman, dokter, insinyur, dan arsitek kalau misalnya waktu kecil mereka diberitahu, "Udah nggak usah banyak gaya. Gini aja nggak bisa" ?

Rata-rata mereka masih kecil dan mental mereka belum sekuat anak-anak yang udah akil balig. Masih cupu, kalo kalah main game juga masih bisa nangis. Mungkin ada yang masih ngompol.

Ini juga terjadi kepada diri gue dulu. Jujur dulu gue ingin menjadi dokter. Menurut gue sains adalah hal yang mendasar dan pengaplikasiannya itu cocok ke diri gue. Tapi setelah gue memegang mindset untuk menjadi dokter, komentar-komentar dari lingkungan gue sangat sedikit yang mendukung. Salah satu contohnya komentar dari temen gue yang bilang, "Apaansih dokter. Mending kerja kantoran." 

Ada juga yang bilang, "Dih, jadi dokter kan belajarnya lama. Kata mama gue dokter itu kalo nggak lama belajarnya gajinya dikit." 

Itu SD, lho. Gue masih polos dan masih gampang kepengaruh sama lingkungan. Pikiran gue mikirin gua mau makan apa kalo sedikit. Dan makin kemari pun keinginan untuk menjadi seorang dokter semakin menghilang. 

Semakin gue tua, gue sadar. Banyak kok orang yang sukses meskipun ketika kecil mereka dibilang nggak bisa sukses. Banyak juga orang-orang yang tekun dan telaten dalam menekuni bidang yang dia minati, lalu mendapatkan hasil dari kerja kerasnya. 

Sulit memang hidup di zaman sekarang. Dunia lebih kejam dari yang dibayangkan.

Namun, dibalik itu semua youtuber-youtuber muda tadi tetap mendapat pujian dan apresiasi dari penonton meskipun jumlahnya tidak sebanyak hate comments. Sekedar "Keep up the good work!" menurut gue adalah hal yang sangat encouraging bagi youtuber muda tersebut.

Gue sangat berharap komentar-komentar di internet khususnya di Indonesia makin dewasa dalam pemikiran dan pemikiran dewasa tersebut yang berperan dalam memberi komentar. Lebih baik kritik yang membangun dibandingkan judging without knowing dan hanya bisa meruntuhkan padahal... 


....yah.

Hadeuh.