Tuesday, June 14, 2016

"Down" - Kehilangan sesuatu yang tidak bisa digantikan?

When you try your best, but you don't succeed.
When you get what you want, but not what you need.
When you feel so tired, but you can't sleep.
Stuck in reverse...
And the tears come streaming down your face.
When you lose something you can't replace.
When you love someone, but it goes to waste.
Could it be worse?

Kutipan diatas adalah sebuah karya berupa lagu yang dinyanyikan oleh band Coldplay. Lagu berjudul 'Fix you' yang dapat menjadi 'teman' ketika lo baca post gue.

Nih deh, gue kasih video nya lewat YouTube.


Such an art.

Anyway, kali ini gue mau ngomongin tentang 'down'. Rasa dimana kayaknya kita udah gagal, perasaan dimana kita seperti orang yang udah nggak berguna lagi dan pengen nyerah. Rasanya tuh... nggak enak.

Sangat-sangat nggak enak.

Diantara lo semua pasti pernah ngerasa down. Down karena merasa udah ngelakuin sebaik mungkin, tapi hasil nggak sebanding apa yang udah dikorbankan dan diperjuangkan. Down karena merasa sudah melakukan yang seharusnya dilakukan, tapi tetap saja orang masih meragukan kita. Down karena merasa telah berharap sesuatu yang sudah yakin akan didapat, ternyata nggak dapet. Dan juga, down karena seseorang.

Post ini bukan post motivasi. Tapi post tentang bagaimana gue, mencoba melawan rasa 'down' gue yang mungkin berguna juga bagi lo ketika lo down. 

I am no good with 'motivation'-related thingy.

Disaat lo ngedown, lo bakalan ngerasain gimana rasanya lo merasa tidak bersemangat, malas untuk berbuat apa-apa, dan bahkan sampai ada yang nangis dan curhat ke temennya. It's totally normal. Gue pernah ngedown, of course. Karena gue berpikir apa yang udah gue lakuin ke hidup gue, karena apa yang udah gue perbuat ke orang lain, karena seseorang, dan karena gue memikirkan sesuatu yang sebenernya belom bisa gue raih, tapi udah merasa down duluan. 

Yah, yang terakhir itu ya sedikit bodoh. Tapi pernah.

Ketika gue down, yang gue lakukan hanya diam. Ya, diam. Gue nggak ngomong sama siapa-siapa secara face to face, sibuk melakukan sesuatu yang tidak jelas, menatap langit-langit kamar lalu tertidur .Ketika  bangun rasa down gue mulai hilang. Tapi, kalo masalah yang ngebuat gue down menurut gue sangat berat, gue akan menjauhkan semua alat elektronik dan komunikasi yang gue punya, berdiam diri di kamar, menatap langit-langit dan berpikir. 

Berpikir, dan berpikir. 

"Salah gue dimana."
"Perasaan gue udah melakukan sebisa gue."
"Gue sangat tidak bersemangat untuk menjalani hari."

Kadang ketika otak gue mulai malas untuk memikirkan hal-hal seperti itu lagi, pikiran gue teralihkan untuk memikirkan sesuatu yang serius. Seperti post gue di bulan Ramadhan.

Ya, kalo lo sadar gue menulis post ini di saat pikiran gue benar-benar berpikir serius setelah habis down. 

:)

Di saat-saat down gue ini, gue berpikir bagaimana cara yang harus gue lakukan agar gue bisa keluar dari zona 'down' yang sangat tidak nyaman ini? Nggak ada satupun manusia normal yang ingin berada di posisi kayak gue sekarang. Perasaan ngedown itu udah jadi seperti beban, Beban hati yang sangat-sangat mempengaruhi emosi seorang manusia. Ngebuat nggak mau ngapa-ngapain.

Tapi gue bisa ngeblog nih buktinya meski lagi down. 

Lho?!

Disini gue pengen ngasih saran gimana mengobati perasaan down yang kalian alami :

1. Jangan mikir ini adalah akhir dari segalanya. Come on men & women, kegagalan yang terjadi itu mungkin adalah batu loncatan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik nantinya.
2. Think positively. Jangan berpikir hal-hal jelek yang akan terjadi ketika lo baru saja down karena gagal akan sesuatu. Berpikirlah positif, agar muncul kembali semangat supaya down ini hanyalah batul kecil yang membuat lo terjatuh. Iya, sakit memang.
3. Jangan menyepelekan hal-hal kecil, agar sesuatu yang tidak diinginkan terulang. Biasanya, orang-orang yang menganggap sesuatu itu mudah dilakukan, akan mengubah prioritas hal tersebut menjadi sesuatu yang kurang-dibutuhkan. Ketelitian akan hal kecil akan berdampak besar, lho.
4. Alihkan perhatian. Gue tau ini sulit, tapi dalam diri harus ditumbuhkan pola pikir bahwa, "Kalo gue begini terus, akan ada berapa banyak kesempatan yang gue lewatkan nanti?" Kenapa nggak ngelakuin sesuatu yang membuat lo lupa akan hal tersebut? Seperti bermain game, menonton film, atau bahkan menulis blog. :)
5. Ubah pola pikir dan koreksi diri. Menurut gue ini adalah hal paling penting dari semuanya, Orang yang down pasti berpikir, "kok bisa gue dapet segitu?" dengan berpikir melalui jalur yang sudah dilewati dari akhir menuju awal. Menurut gue, itu salah. Lihat dulu dari kita sendiri, sudahkah kita menggunakan cara yang tepat untuk melakukan sesuatu? Sudahkah kita melakukan sesuatu untuk diri kita sendiri menggunakan metode yang tepat dan akurat? Dan lain-lain. Orang yang selalu marah, down, badmood, dan lain-lain akan selalu seperti itu tanpa mengkoreksi diri dan berubah ke arah jalan yang lebih benar. I know, it's hard. Tapi lihat sisi positifnya yang akan terjadi ke lo. 

:)

Sampe disini dulu post gue, guys. Gue masih dalam taraf penghilangan down yang sangat hebat, tetapi untungnya gue bisa berpikir dengan baik dan bisa ngepost post-an ini. By the way ini hasil gue berdiam diri tanpa menggunakan alat elektronik dan komunikasi seharian, lho.

After all, this is just one of my random thoughts. 


xixixixixi.


See you in my other random thoughts in Ramadhan, lads.


Saturday, June 11, 2016

"Gak temen" - Solidaritas?

Hari ini adalah tanggal 11 Juni. Hari ke 6 sejak 6 Juni ditetapkan sebagai hari pertama bulan Ramadhan. Berhubung gue seorang Muslim, gue puasa. Berhubung puasa, sekolah gue banyak liburnya. Gue merasa kalo di liburan gue kali ini, gue nggak melakukan sesuatu yang berguna. Pagi sahur, buka hp sebentar, setelah sahur masih bangun, menghabiskan diri di kamar, nggak ngapa-ngapain. Jauh dari handphone, tetapi kadang laptop masih gue nyalakan untuk sekali-kali main game.

Nggak tau. Rasanya gue nggak mau ngobrol dengan siapa-siapa. Gue tau ini salah, tapi ada saatnya dimana gue butuh waktu gue. Gue mau punya quality time sendiri.

Sendirian ngebuat gue berpikir untuk melakukan dan tidak melakukan hal yang ingin dan tidak gue inginkan. Bimbang di antara kegiatan positif dan negatif, gue sadar kalo gue belom ngepost di blog. Dan gue merasa hina.

Okeh. Cukup dengan hidup gue yang mulai runtuh, let's move on.

Jadi guys, kali ini gue mau ngomongin sesuatu yang bener-bener mengganggu gue banget.

Sesuai judul, lo bisa tau kalo yang mau gue omongin adalah "Gak temen". Tau kan? Kalo misalnya lagi jalan, terus lo udah di telponin Mama lo untuk pulang, tapi temen lo kayak, "Dih, lo pulang? Gak CS dah lo," atau "Ah udah dah, gausah temenin dah."

Akhirnya lo ikut temen lo demi persahabatan.

Hal ini sangat mengganggu gue, kayak kenapa kalo kita emang udah diberi batas kenapa kita harus selalu ngelanggar dan mengikuti hal yang temen-temen lo juga pilih.

Sekarang gue SMA, dan selama gue di SMA belum pernah gue ngerasain hal kayak gitu. Tapi jujur, di SD dan SMP yang dalam catatan merupakan masih bisa dibilang bagian dari pendidikan dasar dimana anaknya masih pada labil karena banyak yang baru akil balik, terjadi lah hal yang kayak gitu.

Sewaktu gue SD, jujur gue pernah di ajak untuk merokok. Di kepala gue yang waktu itu belom sepenuhnya berevolusi, yang masih mikir kalo pipis di pinggir jalan lagi tren tapi gak pernah dilakuin, mulai mengeluarkan banyak pemikiran yang harus dikeluarkan.

Disini bukan berarti gue mau menjudge perokok kalo mereka nggak boleh ngerokok. It's fine. Mereka punya pemikiran sendiri kenapa mereka ngelakuin. Waktu gue kecil, yang gue pikirkan ketika gue diajakin adalah;

1. Takut ketauan. Gue waktu kecil kadang nggak bisa ngelakuin sesuatu yang salah, atau menyeleweng. In this case, menyeleweng yang gue maksud adalah hal yang nggak sepatutnya dilakukan karena gue diberitahu untuk nggak melakukan. Ditambah, waktu itu diajak nya di dekat daerah sekolah. Kemungkinan besar akan ketauan. Kebayang kalo ketauan malunya kayak apa...

Kalo jauh bukan berarti gue mau, ya.

2. Gua gak terlalu bodoh. Gue suka baca buku kesehatan, dampaknya nggak bagus buat gue. Gue juga bisa berpikir kalo sekali diajak untuk sesuatu bersama, apalagi iseng-iseng dan diajak secara berkelompok, akan menyebabkan gue akan terus mencoba. Lama kelamaan, gue bakal bisa beli/ngelakuin sendiri di rumah, tanpa sepengetahuan orang tua. Dalam artian, gue bisa ngerokok dirumah.

3. Bagaimana gue bisa melawan taktik "Ah nggak solid lu, Di." dari teman-teman? Pikiran gue udah sampe situ, guys. Gue sering dipesanin sama orang tua gue, cari alasan yang masuk akal kalo teman-teman gue ngajakin untuk melakukan sesuatu yang nggak baik. Buat mereka percaya. Gak apa bohong asal beralasan baik. Oke. Alasan yang gue pakai nanti sudah terpikirkan.

4. Gue nggak tahan asap. Plis, kena asap rokok sedikit gue udah batuk.

5. Untungnya buat gue apa? To be honest, waktu SD jajan gue di sekolah sedikit. Mungkin lo bertanya kenapa. Rumah gue dekat, kira-kira cuma 80-90 meteran dari rumah. Kadang kalo gue mau pup, gue bilang ke guru, "Bu saya izin ke toilet" dan lewat pintu belakang lalu lari kerumah. Kamar mandi sekolah gue nggak se-PW kamar mandi rumah. Orang tua gue berfikir, ketika gue disekolah, kadang sulit untuk dipantau. Demi mencegah hal-hal yang memungkinan terjadi (such as beli rokok etc) uang jajan gue diperkecil. Tapi di rumah gue tetep jajan banyak, karena terpantau. Jadi ya gue nggak punya duit buat beli rokok, meski sebenernya bisa sih, sebatang 2 batangan.

Mungkin lo nggak percaya, tapi gue mikir beneran. Dari dulu gue selalu mikir kemungkinan yang akan terjadi, secara logika.

Oke, alasan yang gue gunakan waktu gue kecil adalah, "Maaf, tapi gue harus jaga rumah, orang tua gue pergi." Waktu SD gue adalah salah satu orang yang dipercaya, entah kenapa. Jadi gue dibiarkan lewat dan nggak kena ngerokok.

Singkat cerita, temen-temen gue pun tetap ngelanjutin niatan untuk merokok. Lagi, lagi, dan lagi. Lalu kemudian, sekitar beberapa bulan, guru menangkap basah teman-teman gue yang ngerokok. Orang tua dipanggil. Boom. Malunya...

Sebagian ada yang kapok, sebagian besar malah sampai sekarang makin kuat ngerokoknya.

Hal yang sama juga terjadi di masa gue SMP. Masa SMP adalah masa-masa yang benar-benar gue nikmatin. Gue hampir nggak pernah belajar kecuali kalo mau ada ulangan. Dikelas cuma nungguin bel pulang berbunyi. Sampe rumah gue cuma main game online.

Seiring berjalannya waktu. gue suka diajak ngumpul-ngumpul. Gue selalu menolak, karena melihat dari reputasi dan wilayah, sangat nggak pas banget buat gue. Gue udah lumayan bisa membuat benteng yang bagus, dimana gue nggak terjerumus menjadi cermin diri gue yang rusak in my opinion, dimasa depan.

Jaman makin berkembang, teknologi mulai merambah Indonesia. Anak SD kelas 3 udah mulai pacaran, anak SD udah main jegat-jegatan dan tawuran, mereka pada punya facebook dan sebagainya. Pengaruh perkembangan teknologi sangat besar imbasnya kepada anak-anak muda jaman sekarang, yang notabene masih labil dan belum mempunyai pegangan yang kuat terserang yang kayak beginian. Di samping hal diatas, solidaritas kini makin tumbuh.

Gue punya cerita. Ada anak SD sekitar kelas 4 an. Belum mempunyai pegangan kuat, masih labil, dan solidaritas dengan temannya sangat tinggi. Temannya main bola, ikut. Temennya ke sana, ikut. Temennya ke sini, ikut juga. Ia merasa kalau dengan mengikuti temannya melakukan sesuatu, maka Ia sudah merasa menyatu dengan mereka. Suatu saat, anak ini mendapat ajakan untuk merokok. Anak ini nggak tau harus ngapain. Ingin menolak, takut nggak ditemenin. Kalo diterima, nanti harus bagaimana?

"Gimana? Lo mau ikut nggak? Kalo lo bilang-bilang bu guru, kita pukulin." Akhirnya dia pun menerimanya. Belum sampai dia menghisap, guru pun datang. Anak tersebut beserta teman-temannya di tahan di ruang kepala sekolah, dan orang tua mereka dipanggil.

Dari cerita di atas, terlihat bahwa anak ini sangat nggak bisa menolak. Ia takut bahwa dirinya nggak diterima lagi. Ia takut bahwa kalo nggak ikutan nanti dia nggak punya teman disekolah. Kasus-kasus lain pun sama. Narkoba, miras, video porno, main playstation di rental sampai nggak pulang-pulang, nongkrong, tawuran dan lain-lain, kemungkinan besar terjadi karena adanya solidaritas yang menyimpang.

Solidaritas yang berarti sifat (perasaan) solider; sifat satu rasa (senasib dan sebagainya); perasaan setia kawan: (source), bisa diwujudkan dengan cara yang lain. Yang condong ke arah positif. Bukan melakukan hal yang manfaatnya cuma sesaat dan nggak menghilangkan masalah, dan cuma membuat kerusakan yang hanya tertunda sementara?

Miris.

Gue pernah jadi korban solidaritas menyimpang. Tapi gue berhasil menolak. Terus apa aja yang gue lakukan biar gue tetap bisa terhindar?

1. Gue berpikir. Dampak kepada diri gue, orang yang gue sayangi, dan orang yang nggak suka dengan gue.
2. Gue mencoba menolak secara baik-baik.
3. Gue harus punya pendirian.
4. Gue meninjau dari sisi agama dan ilmiah. Well if you're an atheist, cukup tinjau dari ilmiah. Kalian bisa berpikir.
5. Gue mencoba untuk melakukan hal yang dalam catatan lebih memiliki makna.
6. Berani untuk katakan "Tidak, terima kasih."

Coba pikirkan, renungkan, dan bayangkan. Mengapa solidaritas menyimpang masih banyak terjadi dilingkungan anak SD dan SMP. Jikalau pada zaman SMA, gue hanya bisa berdiam. Pikiran anak SMA sudah mulai dewasa. Seharusnya sudah bisa menjalani dan memilih hidup yang ingin dijalani. Nggak cuma ikut-ikutan teman, ujungnya bisa nyasar ditengah jalan, dan bisa dibayangkan kalo udah nyasar di tengah jalan.

Your life, your choice.

After all, this post is just one of my random thoughts.

Xixixixi.

See ya later.

Friday, June 10, 2016

ola.

Hi guys! selama puasa ini gue bakal ngepost sesuatu yang bener-bener nggak pernah gue post, dan isinya cuma tentang pemikiran gue yang pengen gue omongin dan hal-hal lain.

Siap.

Monday, June 06, 2016

Happy Birthday to me!

Happy birthday to me

Happy birthday to me

Happy birthday dear myself

Happy birthday to me

Keliatan kesepian banget gak sih.....

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Oke guys jadi hari ini adalah hari ulang tahun gue yang ke 17.

#finallylegal #saatnyabuatbikinktp

Gue sebelumnya gapernah mau untuk nulis tentang hari ulang tahun gue, tapi ya sudahlah. Toh umur 17 itu cuma sekali dalam hidup gue.

Di tahun ke 17 sejak gue lahir ke dunia ini gue udah mengalami banyak hal. Banyak hal yang berubah dari gue umur 17 hari, 17 bulan dan 17 tahun.

Gue menyadari di tubuh 17 tahun, dan pemikiran masih bocah 9 tahun ini sada bahwa semakin gue udah semakin dewasa, dan masih banyak yang harus gue lakuin untuk masa depan gue. Gue sangat berharap di umur yang akan datang gue akan lebih menyadari apa arti hidup dan menjalani kehidupan ini dengan lebih normal.

Moving on,

Di pagi 6 juni 2016 ini, adalah awal ibadah puasa Ramadhan di tahun 2016 masehi. Bertepatan dengan hari ulang tahun gue, menurut gue Ramadhan datang di hari ulang tahun gue pun gue udah merasa cukup menjadi hadiah ulang tahun. Gue mau curhat, dulu gue pernah ngerayain ulang tahun gue, kira-kira yang ke-5. Setelah umur gue 6 dan keatas, gue mulai berpikir kalo gue nggak butuh ulang tahun gue dirayain. Cukup orang-orang terdekat gue (nb : orang tua, keluarga, dan sebagian kecil teman) itu tau dan ngucapin itu udah sebuah hal yang menurut gue,

"Kapan lagi", gitu.

Secara umum, ucapan aja ke gue itu udah sesuatu yang bisa gue anggap lebh (kecuali kalo ngucapin terus minta traktir). Tapi secara khususnya, sebenernya nggak ada sesuatu yang gue inginkan secara khusus. Gue gak pernah mau untuk minta ke orang tua atau orang lain soal hadiah ulang tahun dalam bentuk sesuatu yang bisa gue gunain secara lama. Paling kalo ulang tahun, gue ditawarin mau beli apa, kalo nggak sesuatu yang personal dan gue lagi pengen banget, ya gue bilang, "Yang bisa dimakan bersama aja" atau "Yang rame-rame bisa pake".

Dengan kata lain, makanan. Nggak tau kenapa.


Tapi kalo orang mau kasih gue hadiah, ya gue terima.

"Kapan lagi", gitu.

Lalu, kalo gue pengen suatu barang, kadang gue nggak mau ngomong sama ortu untuk minta ini itu kecuali kalo gue punya uang yang mendekati harga yang gue inginkan, dan ditambahin. Itu gue baru minta. Kadang suka nggak enak gimana gitu, ya. Belum butuh-butuh amat, tapi pengen ini dan itu. Jadi ya gue abaikan.

By the way, alo ada yang kasih gue hadiah, ya Alhamdulillah masih ada yang mau ngasih gue hadiah, meskipun kadang gue nggak bisa ngasih apa-apa ke orang yang ngasih gue hadiah pas mereka ulang tahun.

Oya, kalo mau kadoin gue, duit aja ya.

#ngarep

Oke gue bercanda.

Moving on, gue hari ini langsung disuruh buat KTP!

Gile. Gercep banget kan?!

Oke, setelah gue dapet surat keterangan yang ditembus RT, gue pun sebagai warga negara yang baik lansung menuju kantor (kurang lebih) RW yang letaknya agak jauh dari rumah gue, karena di RW tersebut, RT gue ini adalah RT terakhir.

Setelah gue masuk ke dalam kantor RW tersebut, terlihat pak RW sedang main HP. Berkas-berkas yang gue bawa pun diserahkan ke asistennya untuk di tulis nama sang RW tersebut. Oke.

Ketika saat penandatanganan tiba, sang RW pun menyerahkan HPnya kepada asistennya yang lain untuk memfoto gue yang lagi nunggu tanda-tangan surat keterangan. Narsis juga, pak. Setelah gue dapet surat keterangan, gue pun langsung pulang dan lanjut ke kelurahan, tempat dimana gue bakal regist ktp sebenarnya.

Gue gak pernah ke kelurahan sebelumnya, tapi gue tau tampak depannya gimana. Gue dikasih tau kalo gue harus ngambil nomor antrian dan nunggu sampai nomor gue dipanggil. Gue linglung, gue nggak tau nomor loket dimana karena ini pertama kalinya gue kesana. Ujungnya, harus nanya ibu-ibu yang baru masuk dan dapet deh nomor antrian.

Pas nomor gue dipanggil, orang-orang banyak yang mulai masuk untuk ngurus berbagai hal. Ada juga yang ngurus KTP. Setelah berkas gue diambil, gue pun menunggu untuk dipanggil untuk mengisi data dan foto.

Iya, gak pasti banget kapan bakalan dipanggil.

Aneh, mungkin gue yang salah. Disela-sela gue nunggu, ada cewek yang baru dateng bawa berkas-berkasnya, dan nggak ngambil nomor antrian dan langsung nyamperin petugasnya, dan langsung masuk untuk foto. Dan dia pun keluar dengan ekspresi bahagia dengan membawa kertas keterangan pembuatan KTP.

Kayak, duh.... gue udah antri dan nunggu 1 jam-an tapi dia duluan yang dapet itu... sakit.

Saat giliran gue, gue masuk dan gue nurut apa yang disuruh di lakuin.

Masalah datang pas tanda tangan. Tandan tangan gue miring nggak karuan. Mungkin cuaca lagi buruk, jadi tanda tangan gue jelek. Gue pun minta untuk diulang dan yah, hasilnya cukup bagus lah.
.
.
.
.
.
.
.
Intinya, gue udah buat KTP!

Dan harus nunggu sampai 14 hari kerja.

Mudah-mudahan sih jadi dalam kurun waktu segitu.

Makasih buat temen-temen gue atas birthday wishesnya, sukses juga buat kalian dan maaf kalo gue banyak salah.

Marhaban Yaa Ramadhan! Met puasa, bro und sis.



peace out.