Saturday, June 17, 2017

My Anxieties


Sebagian besar orang punya kecemasan mereka masing-masing. Kecemasan berlebih akan suatu hal yang sangat mengganggu kondisi seseorang tersebut. Dan gue adalah salah satu dari sebagian besar orang itu.

Tapi sekarang, gue sudah bisa meng-overcome sebagian besar kecemasan gue meskipun belum seluruhnya. Sekarang, gue akan menulis tentang tiga kecemasan yang mulai bisa gue kendalikan:

1.  Takut bertemu orang baru

Jujur, sebenarnya bertemu orang baru di kehidupan kita adalah sesuatu yang menarik. Menurut gue, gue adalah orang yang termasuk senang dengan suatu perubahan yang cenderung positif, namun gue sangat tidak bisa untuk menyikapinya dengan perbuatan.

Ngerti gak? Kayak dalam hati mau tapi nggak bisa dilakuin. Bukan karena gamau, tapi karena belum mampu.

Contoh paling simpel adalah ketika gue baru masuk sekolah. Ambil contoh, masuk SMP. Malam sebelum masuk hari pertama gue berpikir, "Gue harus kenalan dengan banyak orang. Gue nggak mau kayak SD lagi."

Ya, di SD gue cenderung pendiam. Diam banget. Masa tiga tahun kedepan gue mau diem-dieman aja?

Tapi usaha gue nggak berlangsung mulus. Keburu minder duluan. Bahkan, ngomong sama cewek aja gue gak berani. Pernah suatu saat sedang ujian dan gua gak bawa penghapus. Gue kesekolah cuma bawa pulpen dan pensil. Posisi gue duduk di depan dekat pintu. Di belakang gue dua orang cewek yang terdengar berulang kali meniup kertasnya yang ada bekas penghapusnya setelah menghapus. Gue belum kenalan tapi udah tau namanya siapa. Suatu saat setelah itu, gue salah menjawab. Untungnya pakai pensil tapi gue nggak bawa penghapus. Lantas apa yang gue lakukan?

Gue diem beberapa menit. Sangat sulit untuk membuka percakapan dengan orang yang belum gue kenal waktu itu. Gue inget nama cewek yang duduk dibelakang gue namanya Tyas. Tapi apa daya, gue nggak bisa ngomong apa-apa dan akhirnya gue biarin jawaban gue yang salah itu tetap salah.

Huft.

Namun gue sadar. Gue selalu berpikir berlebihan akan hal ini. Gue dulu berpikir dengan gue ajak ngobrol orang baru, orang tersebut akan berpikir, "Apaan banget sih ini orang,". I used to worry about it very much. 

2. Berbicara di depan sekumpulan orang

Masalah ini merupakan masalah yang amat sangat serius buat gue. Bahkan sekarang, kadang hal itu masih terjadi.

Penyebabnya sama, gue over-thinking tentang apa yang orang lain pikir ketika gue berbicara. Padahal, kalo misalnya posisi orang yang melihat gue dan gue dituker tempatnya, gue nggak akan berpikir seperti itu. Pemikiran yang salah ini tertanam di kepala gue selama bertahun-tahun.

Contohnya, ketika gue SMP banyak banget tugas yang harus disampaikan melalui presentasi dengan proyektor LCD. Presentasi kelompok gue sudah siap, tapi gue sendiri belom siap. Karena gue nggak siap, nggak tau kenapa temen-temen gue yang solidaritasnya tinggi jadi pada nggak siap. Akhirnya hari itu, hingga pelajaran berakhir kelompok gue nggak jadi presentasi. Senangnya.

Awalnya gue nggak terlalu mempermasalahkan hal kayak ginian... sampai gue SMA. Ketika gue SMA yang notabenenya menggunakan kurikulum 2013, semua tugas yang diberikan kepada siswa banyak banget yang harus dipresentasikan melalui proyektor LCD. Sikap 'cupu' gue keluar lagi tuh. Ketika kelompok gue yang urutan kesekian dipanggil, masing-masing anggota kelompok nengok ke anggota lain. Gue pun bilang ke salah satu anggota-kelompok kelompok lain yang maju setelah gue, Astri,

"Lu aja deh yang maju duluan. Belom siap."
"Tapi presentasinya udah jadi?"
"Udah."
"Maju lah. Jangan kayak bocah SMP deh ini udah SMA. Ayo."

Dan sejak saat itulah rasa percaya diri gue bangkit dan gue nggak malu lagi untuk presentasi di depan kelas atau berdiskusi dengan teman-teman. Astri kalo lu baca ini, tengs ya.

3. Adaptasi

Adaptasi adalah hal yang paling sulit gue lakukan sampai sekarang.

Ciri makhluk hidup salah satunya adalah mampu beradaptasi. Gue mudah beradaptasi dalam sebagian hal, yaitu adaptasi diri gue terhadap diri gue sendiri di suatu tempat dan suasana yang baru. Tapi, gue sangatlah payah dalam beradaptasi terhadap orang-orang baru di sekitar gue.

Ambil contoh, kelas 12 SMA gue bimbel di salah satu bimbingan belajar di daerah Supomo. Setiap gue bimbel, sepanjang hari gue hanya berbicara dengan diri gue sendiri & asik sendiri. Gue bisa beadaptasi terhadap diri gue sendiri tapi nggak bisa bersosialisasi dengan orang-orang baru di lingkungan tersebut.

Hal ini sangat menyiksa gue. Testimoni teman-teman gue bilang kalo pertama kali mereka melihat gue, first impression mereka ke gue rata-rata adalah temperamental, senggol bacok, gabisa diajak bercanda. Padahal kalo nggak judging a book by its cover, bisa jadi gue nggak seperti itu. Gue merasa tersiksa ketika nggak bisa ngajak ngobrol siapa-siapa, mau kenalan juga takut dibilang aneh, mau ikut acara-acara mereka juga takut dibilang, "Lah elu siapa ya? kayak baru pernah liat."

Hehe. Liat sendiri kan pikiran gue udah buruk-buruk aja.

Benang merah dari post-an gue ini adalah, gue adalah orang yang takut melakukan suatu hal yang salah didepan orang, tetapi dengan gue melakukan itu gue sudah melakukan kesalahan. Tapi, kalo misalnya berusaha melakukan hal melawan ketakutan gue, bisa jadi gue bertingkah konyol. Loop yang nggak akan selesai.

Itulah kecemasan gue nomor 4.

Hm. I need help.