Saturday, June 11, 2016

"Gak temen" - Solidaritas?

Hari ini adalah tanggal 11 Juni. Hari ke 6 sejak 6 Juni ditetapkan sebagai hari pertama bulan Ramadhan. Berhubung gue seorang Muslim, gue puasa. Berhubung puasa, sekolah gue banyak liburnya. Gue merasa kalo di liburan gue kali ini, gue nggak melakukan sesuatu yang berguna. Pagi sahur, buka hp sebentar, setelah sahur masih bangun, menghabiskan diri di kamar, nggak ngapa-ngapain. Jauh dari handphone, tetapi kadang laptop masih gue nyalakan untuk sekali-kali main game.

Nggak tau. Rasanya gue nggak mau ngobrol dengan siapa-siapa. Gue tau ini salah, tapi ada saatnya dimana gue butuh waktu gue. Gue mau punya quality time sendiri.

Sendirian ngebuat gue berpikir untuk melakukan dan tidak melakukan hal yang ingin dan tidak gue inginkan. Bimbang di antara kegiatan positif dan negatif, gue sadar kalo gue belom ngepost di blog. Dan gue merasa hina.

Okeh. Cukup dengan hidup gue yang mulai runtuh, let's move on.

Jadi guys, kali ini gue mau ngomongin sesuatu yang bener-bener mengganggu gue banget.

Sesuai judul, lo bisa tau kalo yang mau gue omongin adalah "Gak temen". Tau kan? Kalo misalnya lagi jalan, terus lo udah di telponin Mama lo untuk pulang, tapi temen lo kayak, "Dih, lo pulang? Gak CS dah lo," atau "Ah udah dah, gausah temenin dah."

Akhirnya lo ikut temen lo demi persahabatan.

Hal ini sangat mengganggu gue, kayak kenapa kalo kita emang udah diberi batas kenapa kita harus selalu ngelanggar dan mengikuti hal yang temen-temen lo juga pilih.

Sekarang gue SMA, dan selama gue di SMA belum pernah gue ngerasain hal kayak gitu. Tapi jujur, di SD dan SMP yang dalam catatan merupakan masih bisa dibilang bagian dari pendidikan dasar dimana anaknya masih pada labil karena banyak yang baru akil balik, terjadi lah hal yang kayak gitu.

Sewaktu gue SD, jujur gue pernah di ajak untuk merokok. Di kepala gue yang waktu itu belom sepenuhnya berevolusi, yang masih mikir kalo pipis di pinggir jalan lagi tren tapi gak pernah dilakuin, mulai mengeluarkan banyak pemikiran yang harus dikeluarkan.

Disini bukan berarti gue mau menjudge perokok kalo mereka nggak boleh ngerokok. It's fine. Mereka punya pemikiran sendiri kenapa mereka ngelakuin. Waktu gue kecil, yang gue pikirkan ketika gue diajakin adalah;

1. Takut ketauan. Gue waktu kecil kadang nggak bisa ngelakuin sesuatu yang salah, atau menyeleweng. In this case, menyeleweng yang gue maksud adalah hal yang nggak sepatutnya dilakukan karena gue diberitahu untuk nggak melakukan. Ditambah, waktu itu diajak nya di dekat daerah sekolah. Kemungkinan besar akan ketauan. Kebayang kalo ketauan malunya kayak apa...

Kalo jauh bukan berarti gue mau, ya.

2. Gua gak terlalu bodoh. Gue suka baca buku kesehatan, dampaknya nggak bagus buat gue. Gue juga bisa berpikir kalo sekali diajak untuk sesuatu bersama, apalagi iseng-iseng dan diajak secara berkelompok, akan menyebabkan gue akan terus mencoba. Lama kelamaan, gue bakal bisa beli/ngelakuin sendiri di rumah, tanpa sepengetahuan orang tua. Dalam artian, gue bisa ngerokok dirumah.

3. Bagaimana gue bisa melawan taktik "Ah nggak solid lu, Di." dari teman-teman? Pikiran gue udah sampe situ, guys. Gue sering dipesanin sama orang tua gue, cari alasan yang masuk akal kalo teman-teman gue ngajakin untuk melakukan sesuatu yang nggak baik. Buat mereka percaya. Gak apa bohong asal beralasan baik. Oke. Alasan yang gue pakai nanti sudah terpikirkan.

4. Gue nggak tahan asap. Plis, kena asap rokok sedikit gue udah batuk.

5. Untungnya buat gue apa? To be honest, waktu SD jajan gue di sekolah sedikit. Mungkin lo bertanya kenapa. Rumah gue dekat, kira-kira cuma 80-90 meteran dari rumah. Kadang kalo gue mau pup, gue bilang ke guru, "Bu saya izin ke toilet" dan lewat pintu belakang lalu lari kerumah. Kamar mandi sekolah gue nggak se-PW kamar mandi rumah. Orang tua gue berfikir, ketika gue disekolah, kadang sulit untuk dipantau. Demi mencegah hal-hal yang memungkinan terjadi (such as beli rokok etc) uang jajan gue diperkecil. Tapi di rumah gue tetep jajan banyak, karena terpantau. Jadi ya gue nggak punya duit buat beli rokok, meski sebenernya bisa sih, sebatang 2 batangan.

Mungkin lo nggak percaya, tapi gue mikir beneran. Dari dulu gue selalu mikir kemungkinan yang akan terjadi, secara logika.

Oke, alasan yang gue gunakan waktu gue kecil adalah, "Maaf, tapi gue harus jaga rumah, orang tua gue pergi." Waktu SD gue adalah salah satu orang yang dipercaya, entah kenapa. Jadi gue dibiarkan lewat dan nggak kena ngerokok.

Singkat cerita, temen-temen gue pun tetap ngelanjutin niatan untuk merokok. Lagi, lagi, dan lagi. Lalu kemudian, sekitar beberapa bulan, guru menangkap basah teman-teman gue yang ngerokok. Orang tua dipanggil. Boom. Malunya...

Sebagian ada yang kapok, sebagian besar malah sampai sekarang makin kuat ngerokoknya.

Hal yang sama juga terjadi di masa gue SMP. Masa SMP adalah masa-masa yang benar-benar gue nikmatin. Gue hampir nggak pernah belajar kecuali kalo mau ada ulangan. Dikelas cuma nungguin bel pulang berbunyi. Sampe rumah gue cuma main game online.

Seiring berjalannya waktu. gue suka diajak ngumpul-ngumpul. Gue selalu menolak, karena melihat dari reputasi dan wilayah, sangat nggak pas banget buat gue. Gue udah lumayan bisa membuat benteng yang bagus, dimana gue nggak terjerumus menjadi cermin diri gue yang rusak in my opinion, dimasa depan.

Jaman makin berkembang, teknologi mulai merambah Indonesia. Anak SD kelas 3 udah mulai pacaran, anak SD udah main jegat-jegatan dan tawuran, mereka pada punya facebook dan sebagainya. Pengaruh perkembangan teknologi sangat besar imbasnya kepada anak-anak muda jaman sekarang, yang notabene masih labil dan belum mempunyai pegangan yang kuat terserang yang kayak beginian. Di samping hal diatas, solidaritas kini makin tumbuh.

Gue punya cerita. Ada anak SD sekitar kelas 4 an. Belum mempunyai pegangan kuat, masih labil, dan solidaritas dengan temannya sangat tinggi. Temannya main bola, ikut. Temennya ke sana, ikut. Temennya ke sini, ikut juga. Ia merasa kalau dengan mengikuti temannya melakukan sesuatu, maka Ia sudah merasa menyatu dengan mereka. Suatu saat, anak ini mendapat ajakan untuk merokok. Anak ini nggak tau harus ngapain. Ingin menolak, takut nggak ditemenin. Kalo diterima, nanti harus bagaimana?

"Gimana? Lo mau ikut nggak? Kalo lo bilang-bilang bu guru, kita pukulin." Akhirnya dia pun menerimanya. Belum sampai dia menghisap, guru pun datang. Anak tersebut beserta teman-temannya di tahan di ruang kepala sekolah, dan orang tua mereka dipanggil.

Dari cerita di atas, terlihat bahwa anak ini sangat nggak bisa menolak. Ia takut bahwa dirinya nggak diterima lagi. Ia takut bahwa kalo nggak ikutan nanti dia nggak punya teman disekolah. Kasus-kasus lain pun sama. Narkoba, miras, video porno, main playstation di rental sampai nggak pulang-pulang, nongkrong, tawuran dan lain-lain, kemungkinan besar terjadi karena adanya solidaritas yang menyimpang.

Solidaritas yang berarti sifat (perasaan) solider; sifat satu rasa (senasib dan sebagainya); perasaan setia kawan: (source), bisa diwujudkan dengan cara yang lain. Yang condong ke arah positif. Bukan melakukan hal yang manfaatnya cuma sesaat dan nggak menghilangkan masalah, dan cuma membuat kerusakan yang hanya tertunda sementara?

Miris.

Gue pernah jadi korban solidaritas menyimpang. Tapi gue berhasil menolak. Terus apa aja yang gue lakukan biar gue tetap bisa terhindar?

1. Gue berpikir. Dampak kepada diri gue, orang yang gue sayangi, dan orang yang nggak suka dengan gue.
2. Gue mencoba menolak secara baik-baik.
3. Gue harus punya pendirian.
4. Gue meninjau dari sisi agama dan ilmiah. Well if you're an atheist, cukup tinjau dari ilmiah. Kalian bisa berpikir.
5. Gue mencoba untuk melakukan hal yang dalam catatan lebih memiliki makna.
6. Berani untuk katakan "Tidak, terima kasih."

Coba pikirkan, renungkan, dan bayangkan. Mengapa solidaritas menyimpang masih banyak terjadi dilingkungan anak SD dan SMP. Jikalau pada zaman SMA, gue hanya bisa berdiam. Pikiran anak SMA sudah mulai dewasa. Seharusnya sudah bisa menjalani dan memilih hidup yang ingin dijalani. Nggak cuma ikut-ikutan teman, ujungnya bisa nyasar ditengah jalan, dan bisa dibayangkan kalo udah nyasar di tengah jalan.

Your life, your choice.

After all, this post is just one of my random thoughts.

Xixixixi.

See ya later.

4 comments:

  1. Gila pas masih SD aja pemikirannya udh begitu, emang dah pro bat

    ReplyDelete
  2. Keren banget! Kreatif asli! Hahaha. 6 poin tips lo bener2 pantes buat diterapin tuh! Mantap! :D

    Btw, salam kenal ya! Ditunggu post berikutnya, sama jangan lupa mampir balik ya hehehe :))

    -jevonlevin.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih udah berkunjung dan terimakasih atas komennya!

      Siap dude!

      Delete

Budayakan berkomentar yang baik yaa...
Jangan komentar yang menyakiti orang lain, menjelek-jelekan orang lain, SARA, dsb. Thanks buat perhatiannya!