Tuesday, October 22, 2013

Dendam itu gak baik, nak.

Selasa ini, kelas gue ada pelajaran IPS. Dan rencananya, ngelanjutin presentasi yang kehambat oleh libur dan UTS beberapa dekade minggu lalu.

Rencananya juga, hari ini gue mau bales dendam atas tragedi keteknisasi waktu itu. Kelompok gue yang dibombardir pertanyaan oleh para penonton biadab seakan gue monyet sirkus yang sedang presentasi. Visi dan Misi gue kali ini adalah mengumpulkan pertanyaan sebanyak-banyaknya, dan menanyakannya ke kelompok presentasi selanjutnya, sehingga kelompok selanjutnya pusing dan muntah-muntah gara-gara kebanyakan pertanyaan.

Wih, gue udah bisa ngebayangin gimana rasanya dibombardir pertanyaan..

Di ruang media, tempat dimana kelas gue presentasi karena LCD proyektor di kelas gue rusak, gue udah standby kayak abang angkot 36. Gue udah ngehasut temen-temen gue, buat menanyakan soal yang banyak, biar kelompok selanjutnya mampus kebingungan.

'Iya gapapa dah. Nanti gue tanya.'
'Oke sip!'
'Oiye kelompoknya si ***** & Irsyad hari ini presentasi ya? Iye gue tanya biar mabok'

Gitulah komenan orang-orang yang udah gue hasut. Gue tau, hasut itu gak boleh dan dosa. Tapi, mau gak mau gue harus bales dendam atas perilaku mereka terhadap gue. Keji banget ya gue.

Kelompoknya Rema, Irsyad dan sekutunya adalah kelompok yang presentasi duluan. Bab yang dibahas adalah 'Perubahan Sosial Budaya.' Gue berencananya nanya hal-hal yang berada di luar nalar dan logika manusia ababil, seperti, 'Apa itu perubahan sosial budaya?' 'Sebutin dong, faktor yang menghambat perubahan sosbud!' dan 'Eh, tolong jelasin dong bagaimana peristiwa menstruasi!'

Oke, gue tau pertanyaan gue masih bisa diseraap oleh logika manusia ababil, tapi menurut gue pertanyaan yang gue ajuin malah gak ada hubungannya sama pelajaran IPS.

Setelah presentasi mereka selesai, gue hendak nanya, tapi entah kenapa mulut gue gak bisa ngeluari suara. Mungkin mulut gue lagi mager (males gerak). Tapi intinya, gue gak bisa nanya sedikitpun. Taufik, salah satu anggota kelompok yang lagi presentasi, natap gue dengan sinis. Dia tau kalau gue mau nanya-nanya banyak hal dan pengen bales dendam atas hal yang menimpa gue pas gue presentasi.

Akhirnya, gue gak nanya sama sekali. Mungkin, faktor-faktor tatapan wajah sinis Taufik yang bertugas sebagai penggeser slide di kelompok presentasi itu, bikin gue muak dan kejang-kejang. Kapok gue buat nyimpen dendam ke kelompok lain. Toh, satu kelompok lawan satu..

Kesesalan gue menyebabkan gue gak bales dendam ke kelompok lain di hari itu. Dan gue akhirnya belajar kalau dendam itu gak menyelesaikan masalah, tapi malah ngeribetin urusan gue sendiri. Kampret.

0 Tanggapan:

Post a Comment

Budayakan berkomentar yang baik yaa...
Jangan komentar yang menyakiti orang lain, menjelek-jelekan orang lain, SARA, dsb. Thanks buat perhatiannya!