Saturday, September 20, 2014

#IPYLS : Cita-cita? Penting?

Halo ketemu dengan gue lagi. Bosen yah? Jangan baca deh.

Kali ini gue pengen ngebuat post dengan hastag #IPYLS, yang merupakan singkatan dari 'Ini Post Yang Lumayan Serius'. Gak tau kenapa, gue lagi pengen aja nulis ginian.

Apa lo udah punya cita-cita? Kalo udah, apa cita-cita lo? Kalo belom, berarti lo mungkin sama kayak gue pas lagi nulis post ini. Yap. Gue belom punya cita-cita.

Menurut gue, cita-cita adalah suatu harapan / keinginan yang pengen banget lo pengenin. Jadi harapan / keinginan itu letaknya dibawah cita-cita. Harapan / keinginan yang menjadi cita-cita tersebut merupakan hal yang lo pengenin, dan lo pasti akan berusaha untuk mendapatkannya. Karena lo berusaha untuk mendapatkan hal tersebut, lo akan melakukan hal-hal yang pastinya untuk mencapai tujuan tersebut.

Gue belom punya cita-cita. Eits, jangan ngejudge dulu. Yang gue maksud disini adalah 'cita-cita duniawi'. Kalo urusan cita-cita 'setelah urusan duniawi' itu adalah goalnya. Jadi status gue itu kayak belom punya cita-cita, tapi udah mikirin endingnya.

Sebenernya, dulu gue punya cita-cita, tapi ilang. Ceritanya dulu pas gue SD awal banget, cita-cita gue adalah menjadi seorang dokter. Entah dokter di bagian apa, tapi yang jelas gue pengen jadi dokter. Gue pengen bisa menolong orang yang sakit, dan membantu mereka mengobati rasa sakit yang mereka derita, dan juga memberikan sugesti kepada mereka. Sugesti tersebut biasanya dilakukan para dokter, kayak, "Kalo kamu berusaha untuk sembuh, ada kemungkinan kamu sembuh." atau "Jangan putus harapan yaa.. kamu bisa kok". Atau mungkin sugesti yang paling bagus kayak nyuruh pasien gue, "Kamu harus bilang 'saya seorang kuda nil' dan kamu harus jalan dengan empat kaki.". Tapi, sialnya cita-cita gue itu pupus setelah gue mencoba melihat orang-orang dewasa yang cita-citanya waktu kecil menjadi dokter juga, tapi malah jadi ahli hukum, orang kantoran, dan lain-lain. Bahkan Nyokap gue sendiri, yang pengennya jadi dokter dan bahkan pengen jadi koki, malah jadi ibu rumah tangga, dengan gelar sarjana sosial. Pahit.

Hal-hal tersebut membuat gue berpikir, 'kalo misalnya kayak gitu, gue gak mau punya cita-cita dulu deh.'

Menurut gue sendiri, gue adalah orang yang jarang banget mikirin gimana gue kedepan. Gue dulu sering mikir, 'Gue yang dulu, ya dulu. Gue hari ini, ya hari ini. Gue yang besok, ya urusan lain. Yang penting gue tetap melakukan hal terbaik yang bisa gue lakuin untuk hari-hari yang udah dan belum gue jalani.

Dan gue sadar kalo ini salah. Salah besar.

Ngomong-ngomong soal 'Ngomongin masa depan' dalam konteks duniawi, gue belom pernah mikirin masa depan gue bertahun-tahun kedepan. Kalau menghayal & berangan-angan jelas pernah. Tapi kan.. menghayal & berangan-angan itu jelas berbeda dengan mikirin masa depan. Yang pernah gue pikirin soal masa depan itu adalah gimana gue besok, minggu depan, bulan depan, dan gimana gue berakhir.

Sejauh yang gue bisa inget, gue pernah mikirin masa depan gue dengan jangka waktu terlama, yaitu 6 bulan. 'Gimana gue 6 bulan kedepan?'. Hal tersebut selalu terjadi di semester terakhir sekolah. Pas gue masih di SD, dan sedang di semester akhir dan akan menjalani UN, gue baru mikirin masa depan gue, yaitu masuk SMP mana. Di SMP juga sama. Pas gue SMP di semester terakhir, gue baru mikirin Masuk SMA mana. Gue mulai serius belajar, dan Alhamdulillah gue bisa masuk ke sekolah yang gue tuju.

Dari kesimpulan diatas, menurut gue sendiri setelah gue baca tulisan gue yang ini, mikirin masa depan dan (tentunya) cita-cita itu AMAT PENTING. Gue masih dalam proses mencari cita-cita gue, dan masih mikir mau jadi apa gue kedepan. Gue masih ragu, jadi gue gak punya ambisi yang kuat demi mencapai cita-cita gue. Padahal, kalo misalnya kayak diatas, pas gue pengen masuk ke sekolah mana pas di akhir semester dan gue berpikir tentang masa depan, tentu gue bisa lebih baik dan lebih giat dalam mencapai apa yang inginkan. Seandainya gue 'punya' cita-cita dan keinginan, dalam artian udah pas dan klop banget sama gue, gue yakin banget kalo gue gak bakal sama kayak diri gue yang lagi nulis post ini. Gue bakal beda banget di beberapa bidang.

Gue sendiri jujur punya masalah. Setiap gue menemukan hal baru yang menurut gue itu menyenangkan, gue selalu punya keninginan, tapi keninginan itu jelas beda dengan cita-cita. Contohnya aja, pas gue bikin blog ini. Pas bikin blog dan gue share, dan gue dapet respon bagus, gue punya keinginan untuk jadi blogger, atau setidaknya penulis. Pas gue main game, dan berguna dalam tim atau main solo dan jadi top one, dan dapet komentar yang bagus dari pemain lain, gue merasa gue pengen jadi gamer yang fokus ke game doang. Tapi sayangnya, sayang banget dari sekian banyak kegiatan yang menurut gue menyenangkan, gak ada satupun yang membuat gue pengen menjadikan hal tersebut cita-cita.

Sehingga, kalo ada yang nanya ke gue, 'Di, cita-cita lo apa?' gue mungkin akan jawab, "Belom ada," atau, "Banyak banget njir cita-cita gue." atau, "Masih dalam proses pencarian. Kamu mau gak jadi cita-cita aku? :)"

LHO?

Jadi kalau ada yang nyuruh gue untuk nulis cita-cita gue, gue akan nulis 'seadanya'. Gue akan menulis keinginan gue dan kegemaran, karena gue belom punya cita-cita. Eh, maksudnya masih dalam 'Proses' pencarian. Kayaknya kata 'belom punya cita-cita' itu terlalu payah, jadi gue gak akan pake lagi.

Kadang gue iri pada temen-temen gue yang kalo ditanya, "Apa cita-cita kamu?" oleh guru, mereka akan langsung jawab tanpa ragu. Yah gue kalo ditanya bakal jawab seadanya deh...

Gue masih dalam proses pencarian, dan masalahnya adalah gak ketemu-temu. Gue juga masih memiliki pertanyaan-pertanyaan yang nyangkut ke kepala gue sampe hari ini :

1. Apa semua orang punya bakat?
2. Kenapa banyak orang 'berbakat' tapi gak punya minat di cita-cita / pekerjaan di bidang yang 'katanya' dia punya bakat di bidang tersebut?
3. Kenapa banyak orang yang berminat di bidang yang 'katanya' dia gak punya bakat di bidang tersebut.
4. Lebih bagus pekerjaan A yang berpenghasilan besar tapi kita gak berminat sama sekali, tapi kita harus memenuhi kebutuhan hidup untuk jangka waktu yang lama, atau pekerjaan B yang penghasilannya gak sebesar pekerjaan A tapi kita seneng pekerjaan itu?
5. Apa semua orang punya bakat lebih dari satu?

Akhir kata, gue butuh orang yang bisa ngejelasin gue hal diatas. Dan mudah-mudahan gue nemu cita-cita yang sesuai dengan diri gue. Secepatnya. Gue gak mau menjadi orang yang mikir masa depan di akhir semester. Gue gak mau jadi orang yang bilang 'Gue yang dulu, ya dulu. Gue hari ini, ya hari ini. Gue yang besok, ya urusan lain,' melainkan menjadi orang yang memikirkan semua hal dan aspek-aspek hidup gue. Gue ingin jadi future self dari orang yang mikir kayak gitu. Gue harus ngubah pola pikir, dan menemukan jalan yang benar untuk kehidupan duniawi gue.

Gue butuh orang yang bisa jelasin ini. Gue tau gue bisa nyelesain ini sendiri, tapi gue juga butuh bantuan. Manusia gak bisa hidup sendiri kan?

Dada! Cya!





P.S. : Gue butuh orang yang punya bakat psikolog. Just kidding.










I need you. HALP!


0 Tanggapan:

Post a Comment

Budayakan berkomentar yang baik yaa...
Jangan komentar yang menyakiti orang lain, menjelek-jelekan orang lain, SARA, dsb. Thanks buat perhatiannya!